-->

Senin, 10 November 2014

TERTAWA BARENG SYIAH

Inilah imam-imam Syiah yang berjumlah dua belas yang mereka yakini ma`shum (terbebas dari dosa):

1.Ali bin Abi Thalib (panggilan: Abul-Hasan; gelar:Al-Murtadha).
2.al-Hasan bin Ali (panggilan: Abu Muhammad; gelar: Az-Zaki).
3.al-Husain bin Ali (panggilan: Abu Abdullah; gelar al-Shuhada).
4.Ali bin al-Husain (panggilan: Abu Muhammad; gelar: Zainul-‘Abidin).
5.Muhammad bin Ali (panggilan: Abu Ja’far; gelar al-Baqir).
6.Ja’far bin Muhammad (panggilan: Abu Abdullah; gelar: Ash-Shadiq).
7.Musa bin Ja’far (panggilan: Abu Ibrahim; gelar: al-Kazim).
8.Ali bin Musa (panggilan: Abu al-Hasan; gelar: al-Rida).
9.Muhammad bin Ali (panggilan Abu Ja’far; gelar:al-Jawaad).
10.Ali bin Muhammad (panggilan Abul-Hasan; gelar :al-Hadi).
11.al-Hasan bin Ali (panggilan: Abu Muhammad; gelar: al-Askari).
12.Muhammad bin al-Hasan “(panggilan: Abul-Qasim; gelar: al-Mahdi), (belum pernah dilahirkan, tetapi mereka mengklaim kelahirannya pada 256H).


Barangkali kisah Mahdi yang ditunggu ini adalah kisah yang terganjil yang pernah dikenal sejarah. Mereka telah menutup episode para imam dengan sandiwara yang sangat lucu dan seru. Mereka berhasil membuat tertawa para pecinta kisah dan novel. Semua orang yang mendengarnya atau membacanya akan memilih diantara dua: Tertawa atau berdo`a agar akal mereka cepat waras!

Ringkasan dari sandiwara ini adalah, imam mereka yang kesebelas yaitu Hasan Al-Askari tidak memiliki keturunan (mandul). Dia memiliki saudara bernama Ja`far. Saudara ini tidak mungkin jadi imam menurut syarat-syarat mereka. Mereka bimbang dan bingung, karena tidak hadirnya
anak (keturunan) bagi Hasan tidak hanya akan membatalkan imamah, akan terbongkar pula seluruh kebohongan mereka dan tertelanjangi seluruh klaim-klaim mereka. Merekalah yang telah membangun dan meletakkan dasar-dasar, syarat-syarat dan tanda-tanda imam. Bagaimana hal itu terjadi, bukankah mereka itu ma`shum dari salah dan lalai, yang dipilih langsung oleh Allah Ta`ala seperti yang mereka yakini karena itu goncanglah perkara Syi`ah, pecahlah persatuan syi`ah karena mereka sekarang tanpa imam dan tanpa agama.Sebab tidak ada agama bagi
mereka tanpa adanya imam! Sebab imam adalah hujjah untuk penduduk bumi! Al-Qur`an bukanlah hujjah kecuali dengan hadirnya imam. Dengan imam, alam semesta terjaga. Akan tetapi imam telah mati dan alam masih utuh?!

Maka Syi`ah saat itu berselisih dan pecah menjadi empat belas golongan seperti keterangan An-Nubakhti atau lima belas kelompok seperti keterangan Al-Qummi. Dan keduanya adalah berasal dari abad ketiga Hijriah dan orang yang terdekat dengan peristiwa. Kami akan suguhkan kisah dengan lisan mereka sendiri dari kitab mereka sendiri. Di antara pembesar syi`ah awal adalah Filsuf Imam (lihat majali Al-Mumin,Tustari hal 177). Ia menjelaskan bagaimana kejadian saat itu:

“Sesungguhnya Syi`ah menjadi pusing setelah matinya Hasan Al-Askari. Mereka terpecah-pecah banyak sekali karena perbedaan pendapat.

Satu kelompok berkata bahwa Hasan bin Ali telah mati dan hidup lagi setelah matinya. Seandainya ia memiliki anak, tentu benarlah matinya dan tidak akan hidup kembali karena imamah berlaku untuk pengganti yang telah diwasiatinya.

Satu kelompok berkata, Ja`far adalah imam, bukan Hasan karena Hasan telah mati dan tidak memiliki keturunan, padahal imam tidak akan mati sebelum berwasiat dan memiliki pengganti.

Kelompok lain berkata bahwa imam sesudah Ali bukanlah Ja`far karena ia memiliki banyak hal yang tercela dan ia terkenal dengan itu, juga bukan Hasan karena ia telah mati. Seorang Imam tidak boleh mati sebelum memiliki pengganti (keturunan). Karena itu imam setelah Ali (Al-
Hadi,imam kesepuluh) adalah putranya yang bernama Muhammad ,(tetapi ia pun mati) mati pada zaman bapaknya.

Kelompok lain berkata,bahwa imam setelah Ali adalah Hasan (Al-Askari), dan setelah Hasan adalah saudaranya yang bernama Ja`far. Adapun apa yang diriwayatkan dari Ja`far bahwa imamah tidak boleh beralih kepada saudara setelah Hasan dan Husain itu manakala yang pertama
memiliki pengganti dari anaknya, jika tidak maka akan kembali kepada saudara karena darurat.

Pendapat yang banyak sekali,An-Nubakhti menutup makalahnya bahwa mereka terpaksa mengatakan bahwa Hasan (Al-Askari) memiliki putra. Bagaimana mungkin seorang imam yang telah terbukti
imamahnya dan nama baiknya yang sangat terkenal dikalangan khusus dan umum kemudian meninggal tanpa seorang pengganti.

Namun pendapat ini pun masih ada yang membantah. Mereka mengatakan bahwa Hasan tidak memiliki sama sekali karena kita telah menyelidiki dan menelitinya. Ternyata tepat tak diketemukan. Seandainya boleh bagi kita mengatakan yang semisal Hasan yang meninggal tanpa anak, bahwa dia memiliki anak yang tersembunyi maka tentu kita boleh mengatakannya untuk setiap orang. Dan tentu kita boleh mengatakannya Nabi bahwa beliau memiliki putra yang tersembunyi. Dan bahwa Abul Hasan Ar-Ridha meninggalkan tiga putra selain Abu Ja`far yang salah satunya adalah sang imam. Karena datangnya berita tentang matinya Hasan tanpa putra seperti datangnya berita tentang wafatnya Nabi dengan tidak meninggalkan seorang putra. Padahal Abdullah bin Ja`far tidak meninggalkan seorang putra dan Ar-Ridha tidak memiliki empat orang putra. Anak tersebut jelas batil (tidak ada) tetapi ada benang penghubung yang benar yaitu istri simpanannya. Dia akan melahirkan seorang putra yang akan menjadi imam bilamana ia melahirkan.

Pendapat inipun disanggah kelompok lainnya, sampai………….

Singkat cerita, Akhirnya kelompok kedua belas yaitu Imamiyah berkata: “Yang benar bukanlah seperti yang diucapkan oleh mereka semua. Tetapi Allah memiliki hujjah dari putra Hasan bin Ali, jadi Imam tidak boleh dalam dua saudara setelah Hasan dan Husain. seandainya boleh, tentu benar ucapan sahabat ismail bin Ja`far dan madzhab mereka, dan tentu benar imamah Muhammad bin Ja`far, dan juga tidak boleh bumi ini kosong dari hujjah (imam). (Karena) sekiranya kosong maka tentulah bumi dan orang-orang yang ada diatasnya akan dibalik dan ditenggelamkan.

Karena itu kami percaya dengan matinya Hasan, bahwa dia memiliki putra dan tersembunyi, dan manusia tidak berhak mencari jejak langkah selagi memang tertutup, tidak boleh menyebut namanya dan tidak boleh bertanya tentang tempatnya. Mencarinya adalah haram, tidak halal dan tidak boleh”

Akhirnya selesailah sudah episode sandiwara dan anekdot yang lucu ini yang telah menghibur kita semua. Sungguh sebuah kisah dari kumpulan cerita seribu satu malam.

Previous
Next Post »