Kanker serviks masih menjadi salah satu pembunuh utama bagi perempuan di Indonesia. Menurut Dr Laila Nuranna, SpOG (K), setiap hari terdapat 24-30 orang meninggal karena kanker serviks di Indonesia.
"Artinya setiap satu jam, ada satu perempuan meninggal karena kanker serviks. Karena itu, para perempuan harus tahu cara efektif untuk mencegahnya,” pesan kata Laila dalam seminar pencegahan kanker serviks kepada masyarakat yang didukung Merck Sharp and Dohme (MSD) Indonesia di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (26/4).
Dia menambahkan, kanker serviks bukan penyakit keturunan. Penyakit ini muncul akibat perubahan sel normal pada serviks dan 99 persen disebabkan oleh virus HPV (human papilloma virus).
“Ada 100 lebih tipe HPV, 30 di antaranya menginfeksi saluran kelamin. Penyakit kanker serviks disebabkan terutama oleh virus HPV tipe 16 dan 18,” tambah wanita berjilbab tersebut.
HPV bisa ditularkan melalui berbagai jenis kontak genital. Cukup satu kali kontak, seseorang bisa terinfeksi HPV dari orang lain. “Infeksi virus HPV tidak memandang gender; pria pun dapat terkena penyakit HPV seperti kutil kelamin yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11,” papar Laila.
Sementara itu, Dr. Andi Darma Putera, SpOG (K) yang merupakan pembicara kedua, menjelaskan cara mendeteksi kanker serviks melalui papsmear dan IVA (inspeksi visual dengan asam asetat). Pemeriksaan tersebut untuk mendeteksi sel abnormal pada lapisan serviks sebelum menjadi prakanker serviks dan berkembang menjadi kanker.
“Deteksi dini dengan papsmear atau IVA secara berkala sangat direkomendasikan agar terhindar dari bahaya penyakit kanker serviks. Jika terdeteksi dini, pra-kanker serviks dan beberapa jenis kanker bisa diobati dengan sukses, sebelum mereka punya kesempatan untuk menyebar,” tegas Andi.
Kanker Serviks ( Wikipedia )
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim.[1] Di Indonesia hanya 5 persen yang melakukan Penapisan Kanker Leher Rahim, sehingga 76,6 persen pasien ketika terdeteksi sudah memasuki Stadium Lanjut (IIIB ke atas), karena Kanker Leher Rahim biasanya tanpa gejala apapun pada stadium awalnya. Penapisan dapat dilakukan dengan melakukan tes Pap smear dan juga Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).[2] Di negara berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan leher rahim mengurangi insiden kanker leher rahim yang invasif sebesar 50% atau lebih. Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human papillomavirus (HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker leher rahim.[3][4] Perawatan termasuk operasi pada stadium awal, dan kemoterapi dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit.
Human papilloma virus (HPV) 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70% kasus kanker serviks di dunia. Perjalanan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks memakan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 10 hingga 20 tahun. Namun proses penginfeksian ini sering tidak disadari oleh para penderita, karena proses HPV kemudian menjadi pra-kanker sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Karena itu, Vaksinasi Kanker Serviks sangat dianjurkan,[1] demikian juga Penapisan.